Minggu, 08 Desember 2013

Pembalakan liar masih terjadi


Aksi pembalakan liar diketahui marak terjadi di wilayah Perhutani Sragen utara, khususnya di Kecamatan Jenar, Tangen, Gesi dan Sukodono. Oknum mandor yang mestinya bertindak sebagai pengawas diduga ikut berperan dalam aksi penebangan liar.
Kondisi ini terkuak menyusul banyaknya temuan hasil hutan seperti tebangan kayu jati dan mahoni yang dijual bebas tanpa melalui prosedur. Apalagi saat musim tebang kayu jati dan mahoni seperti sekarang, disinyalir banyak mandor yang menjual hasil hutan untuk mencari keuntungan pribadi.
Indikasi pembalakan liar tersebut semakin kuat saat setiap kali ada kegiatan penebangan, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) tidak pernah dilibatkan. "Saat musim tebang, banyak kayu hasil tebangan dijual bebas tanpa prosedur yang jelas," ujar aktivis LSM Peduli Hutan Surakarta (PHS), Guntur Wijaya kepada wartawan Jumat (25/10/2013).
Menurut Guntur, sejauh pengawasan PHS selama ini, proses penebangan hasil hutan tidak melibatkan LMDH dalam proses lelang tebang hutan. Bahkan praktik di lapangan, lelang hasil hutan justru dimonopoli oleh para oknum mandor. "Sesuai prosedur mestinya kayu tebangan hasil hutan dikumpulkan dulu di Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani Gunung Banyak, Tangen," jelasnya.
Senada dikatakan Suyadi (45) salah satu warga Desa Poleng, Kecamatan Gesi, Sragen, yang mengatakan bahwa selama ini pengawasan pemeliharaan hasil hutan cukup lemah. Dicontohkannya, wilayah petak 7 dan 8, selama ini warga sekitar sudah berulang kali mengingatkan adanya aktivitas penjualan hasil hutan kepada para pedagang kayu. Namun peringatan itu tidak segera mendapat tindak lanjut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar