Minggu, 29 Desember 2013

Sadis! Penjahat Ini Mencuri Motor Lalu Membakar Pemiliknya


Pekanbaru - Tindakan kriminal yang dilakukan pejahat yang satu ini sungguh sangat sadis. Tidak hanya mencuri motor, tapi dia juga membakar hidup-hidup pemiliknya.

Kapolsek Tambang, Riau, AKP Sumarno mengatakan korban diketahui bernama Nurhayati (36). Korban tinggal bersama kedua anaknya bernama Bayu (20) dan Riski (16). Sementara suami korban bekerja di Malaysia. 

Peristiwa nahas yang menimpa Nurhayati terjadi pada Minggu (29/12/2013) sekitar pukul 03.00 WIB. 

"Korban meninggal dunia akibat luka bakar di sekujur tubuhnya. Tadi siang korban sudah dilakukan visum ke RS Bhayangkara Polda Riau. Dan tadi sore sudah dikembumikan pihak keluarga," kata Sumarno kepada detikcom. 

Sumarno mengatakan, anak korban bernama Bayu pada pagi itu sempat terbangun karena terganggu oleh asap pekat di rumahnya. Bayu mengira rumahnya terbakar.

"Saat anak korban mencari tahu sumber api ternyata api berasal dari kamar ibunya. Saat dilihat ibunya terbakar di kasur," kata Sumarno.

Melihat kondisi ibunya terbakar, lanjut Sumarno, Bayu langsung meminta bantuan para tetangga. Tetangga yang datang langsung membantu Bayu dan berhasil memadamkan api. Namun sayang, saat itu nyawa Nurhayati sudah tak dapat tertolong lagi. 

"Kita menduga kasus ini lebih kuat pada kasus pembunuhan ketimbang pencurian sepeda motor. Tim masih kita sebar untuk mencari pelaku," pungkas Sumarno.

Masyarakat Harus Sadar Menumpang Kendaraan Terbuka Berbahaya

Jakarta - Kecelakaan mobil bak terbuka yang membawa rombongan pelayat di Jalan Caturtulis, Probolinggo menyadarkan adanya kebiasaan warga yang kerap menyewa mobil barang untuk ditumpangi beramai-ramai. Seharusnya masyarakat sadar menumpangi mobil pikap atau bak terbuka membahayakan nyawa mereka.

"Seharusnya masyarakat sendiri yang harus sadar bahwa kendaraan bak terbuka tidak diijinkan untuk angkut penumpang," kata Dirjen Perhubungan Darat Kemenhub, Suroyo Alimoeso dalam keterangannya, Minggu (29/12/2013).
Suroyo mejelaskan jika kesadaraan masyarakatlah yang harus menjadi pilar utama untuk mengurangi kecelakaan. Petugas dishub di lapangan tak memiliki kewenangan untuk memeriksa dan menahan. Kewenangan petugas Dishub hanya pemeriksaan kelaikkan kendaraan, perizinan di bawah koordinasi Polri.
"Masyarakat harus sadar bahwa itu pelanggaran, jangan menunggu petugas saja," imbuhnya. 
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) sudah mengirimkan tim dan sudah sampai pagi hari tadi.
Sabtu (28/12) kemarin, sebuah kecelakaan maut terjadi di Jalan Caturtulis, Probolinggo. Mobil pikap Mitsubishi T 120 SS bernopol B 2625 XCU ini membawa rombongan yang hendak melayat ke Pasuruan. Ia menyalip 3 kendaraan dan mengambil lajur dari arah berlawanan, dan dari depan melintas truk gandeng, sehingga terjadi tabrakan. Tabrakan ini menyebabkan 18 orang meninggal dunia dan puluhan orang lainnya luka-luka.

Sumber : http://news.detik.com/read/2013/12/29/203058/2453473/10/masyarakat-harus-sadar-menumpang-truk-terbuka-berbahaya?9922022

KBS, Kebun Binatang Maut


binatang semestinya menjadi tempat berwisata sekaligus edukasi bagi pengunjungnya. Namun reporter media Inggris, Richard Shears, dari Daily Mail, begitu terkejut ketika berkunjung ke Kebun Binatang Surabaya (KBS). Menurut reporter veteran itu, KBS adalah kebun binatang maut yang tidak memperlakukan hewan-hewan di dalamnya dengan baik.
Shears, dalam laporannya di Daily Mail, 26 Desember 2013, menuliskan kondisi miris para hewan di kebun binatang terbesar di Surabaya itu. Dia menyebutkan seekor gajah muda dengan rantai di tiga kakinya yang menghalangi hewan itu bergerak dalam kandang.
Tidak hanya itu, Shears secara mendetail menulis rantai tersebut begitu ketat sehingga membuat kaki si gajah terluka. Ketika berbicara dengan pengurus gajah, Shears, mengetahui bahwa gajah tersebut dibebaskan satu kali sehari, setiap sore, selama beberapa jam, sebelum kemudian kembali di rantai dalam kandang. 
Tidak hanya gajah, kondisi memprihatinkan juga terlihat di seluruh kebun binatang. Shears mengatakan dia melihat 150 ekor pelikan berdesakan dalam kandang sempit. "Sangat menyedihkan, di Australia saya melihat pelikan bebas terbang dan di kebun binatang ini, saya menyaksikan para pelikan berdesakan, berbagi kolam kecil. Ruang gerak mereka begitu sempit, sehingga mereka tidak bisa melebarkan sayap," tutur Shears. 
Selain itu, Shears juga menulis kondisi miris seekor unta yang dibiarkan begitu kurus sehingga tulang-tulangnya menonjol, berbalut kulit. Ada seekor kera capuchin yang wajahnya terlihat begitu memelas, seolah memohon untuk dibebaskan oleh para pengunjung yang berdiri di luar kandangnya. Riset yang dilakukan Shears mengungkap sebanyak 50 ekor hewan telah mati dalam tiga bulan terakhir.
Tony Sumampau, mantan manajer Kebun Binatang Surabaya, yang sempat diwawancarai Shears mengakui, kebun binatang tersebut memang kekurangan dana. Selain itu, pemilik kebun binatang lebih fokus mengurus toko makanan dan suvenir ketimbang mengurus semua hewan. 
Perhatian dunia terfokus pada Kebun Binatang Surabaya pertama kali pada 2012 ketika ditemukan 20 kg kantung plastik dalam perut seekor jerapah yang tewas. Beberapa minggu lalu, seekor orangutan bernama Nanik, juga ditemukan mati dikandangnya akibat tumor pada ususnya. Nanik baru berusia 12 tahun. Sementara seekor harimau Sumatera dikabarkan tengah sakit parah akibat daging berpengawet yang dia konsumsi
Kendati memprihatinkan, juru bicara KBS Agus Supangkat mengatakan sudah terdapat peningkatan di KBS, dan para hewan yang mati karena usia atau sakit. Padahal, dari segi arsitektur, tidak ada perubahan berarti di KBS, yang sudah beroperasi sejak 1916. Atas hal itu, KBS mendapat gelar sebagai kebun binatang terkejam di dunia. Hal yang ironis karena KBS pernah menjadi kebun binatang terlengkap se-Asia Tenggara dengan lebih dari 351 spesies satwa berbeda.
Sebenarnya pemerintah Indonesia sudah melakukan investigasi terhadap KBS dan memerintahkan seluruh binatang disana untuk direlokasi ke kebun binatang lain agar mendapat perawatan lebih baik. Namun hingga kini, belum ada tindakan nyata. Beberapa permasalahannya karena kebun binatang lain juga menolak mengambil binatang dari KBS akibat kondisi mereka yang memprihatinkan. Dikhawatirkan satwa KBS menularkan penyakit pada satwa lain di kebun binatang baru.
Di akhir tulisannya, Shears mengajak seluruh pembaca untuk ikut melakukan sesuatu guna membantu para satwa yang terlantar. "Saya melihat lebih dari 3.000 satwa di Kebun Binatang Surabaya yang dibiarkan mati pelan-pelan. Tapi satu hal yang pasti, mereka tidak akan mati dalam kondisi bahagia kecuali sesuatu dilakukan untuk menolong mereka. Saya yakin, jika mereka dirawat dengan baik, kondisi mereka akan jauh lebih baik," ujarnya.  (umi)

Jumat, 13 Desember 2013

Orang ini memiliki Rp 25 juta dari hasil mengemis



Tak seperti penampilannya yang mengenaskan dan mengundang rasa iba, ternyata para pengemis di Jakarta memiliki banyak uang. Buktinya, Walang bin Kilon (54) dan Sa`aran (60), dua pengemis asal Subang, Jawa Barat ini membawa uang puluhan juta rupiah saat terjaring razia oleh petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Selasa (26/11/2013) malam.
Walang dan Sa`aran diciduk petugas dari tempat mereka biasa mangkal di bawah Flyover Pancoran. Yang mengagetkan dari tangan kedua pengemis itu, petugas menemukan uang tunai sebesar Rp 25 juta yang dsimpan di dalam kantong-kantong plastik hitam yang sangat kotor.
"Plastik pertama kita buka dan hitung ada Rp 7 juta. Lalu plastik lainnya juga ada uang, dengan total keseluruhan Rp 25.448.600," ujar Miftahul Huda, Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Rabu (27/11/2013) dikutip laman Beritajakarta.com.
Penangkapan kedua pengemis ini, kata Miftahul Huda, berdasarkan  informasi dari masyarakat. "Ini berdasarkan laporan warga, kita sudah intai 2 hari karena mereka hanya beroperasi pada malam hari. Keduanya, kita tangkap di bawah flyover Pancoran," katanya.
Dalam menjalankan aksinya, masing-masing pria ini mempunyai peran yang berbeda. Walang yang menjadi otak dari kegiatan mengemis tersebut bertindak sebagai pendorong gerobak. Sementara Sa`aran yang lebih tua, berpura-pura sebagai orang sakit yang berada digerobak dan butuh pengobatan.
Walang sendiri mengaku terpaksa mengemis karena di desanya tidak memiliki pekerjaan tetap. Namun alasan utamanya adalah ingin cepat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. "Saya sudah daftar haji sama Pak Haji Nanang di kampung. 15 hari lalu baru ke Jakarta lagi, jadi uang itu ya untuk tambahan setor haji," ungkapnya.
Menurut Walang, dirinya dan Sa`aran tidak mempunyai tempat tinggal di Jakarta. Mereka hanya menggelandang, pindah dari satu tempat ke tempat lain.
"Tidak ada kontrakan, ya tidur di jalan atau pinggir toko. Kalau uang sudah banyak kita pulang kampung dulu," ucapnya.
Kini, keduanya terpaksa mendekam di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya (PSBIBD) 2 Jl Raya Bina Marga No 48, Cipayung, Jakarta Timur, untuk menjalani pembinaan.

Sumber : http://www.hidayatullah.com/read/2013/11/28/7509/pengemis-kaya-asal-subang-pura-pura-sakit-bawa-uang-rp-25-juta-untuk-setoran

Lagi dan lagi pengemudi nekat menerobos palang kereta api


 Dahlan (Foto:Arief)


JAKARTA- Tingkat kesadaran pengendara motor maupun mobil di DKI Jakarta terbilang masih rendah. Banyak pengendara motor yang tetap nekat menerobos palang kereta api, meskipun palang tersebut telah tertutup di perlintasan kereta.

Menurut penjaga pintu perlintasan Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan, Dahlan, cerita mengenai pengendara menerobos palang pintu tidak bisa dihitung dengan jari.

Kepada Okezone, pria berkepala plontos itu menuturkan, bila pintu perlintasan kereta api yang dijaganya kerap diterobos para pengendara tak bertanggung jawab. Dua peristiwa yang paling melekat diingatannya, yakni saat sebuah mobil box menabrak palang pintu hingga patah.

Ketika itu, cerita Dahlan, ada sebuah mobil box yang ingin melintasi pintu perlintasan, namun palang pintu telah tertutup. Entah apa maksudnya, tiba-tiba mobil tersebut menerobos masuk hingga mematahkan palang pintu. Merasa tidak terima dengan pelanggaran itu, Dahlan kemudian memanggil sopir box tersebut, dan menghubungi PT KAI agar ditindaklanjuti.

Tak berpikir panjang, sopir box itu diminta untuk mengganti ongkos perbaikan. Lucunya, sambung Dahlan, sopir box tersebut malah menangis lantaran tidak punya uang.

"Sopir box yang nabrak papan palang pintu sampai patah itu  enggak mau bayar disuruh ganti Rp400 ribu, ngasih duit Rp20 ribu sambil nangis. Dia nangis dia bilang enggak punya duit," ujar Dahlan sambil tertawa, Jumat (13/12/2013).

Lantaran sopir box tidak punya uang, PT KAI kemudian menyerahkan uang Rp20  ribu kepada si sopir. "Bukannya diterima, terus perbaiki, eh tuh sopir malah nangis lagi," tandasnya.

Alhasil, tidak mau ribet, PT KAI membiarkan sopir box tersebut pergi tetapi dengan janji untuk tidak mengulangi perbuatannya.

Sumber : http://jakarta.okezone.com/read/2013/12/13/500/911960/tabrak-palang-kereta-api-sopir-mobil-box-malah-nangis

Minggu, 08 Desember 2013

Maraknya volume sampah di kali Jakarta

Kebiasaan buruk sebagian masyarakat DKI Jakarta dalam membuang sampah ke kali masih cukup tinggi. Hal ini terlihat dari volume sampah yang dipungut setiap harinya.

"Rata-rata setiap hari 180-200 ton sampah dari seluruh kali untuk musim kemarau," kata Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Unu Nurdin saat menyusuri kali di seluruh Jakarta, Ahad, 20 Oktober 2013. Sedangkan pada musim hujan mencapai sekitar 240-280 ton per hari.

Menurut dia, sampah yang masuk ke kali atau danau sekitar 90 persen berasal dari sampah rumah tangga dan pasar di sekitar aliran sungai atau waduk. "Ini karena kebiasaan masyarakat yang menganggap kali sebagai tong sampah besar," ucap Unu. Sisanya, sekitar 10 persen dari alam seperti daun dan ranting pohon.

Unu menjelaskan, terdapat 41 sistem sungai dengan jumlah sebanyak 141 sungai di DKI Jakarta, dengan 13 sungai besar yang bernuara ke Jakarta Utara. "Total luas pembersihan sampah sekitar 663,59 hektare," ujarnya. Jumlah danau, waduk, atau situ di Jakarta sebanyak 76 buah, di antaranya 15 waduk di Jakarta Utara, 12 waduk di Jakarta Barat, 3 waduk di Jakarta Pusat, 30 Waduk di Jakarta Timur, 16 waduk di Jakarta Selatan.

Untuk penanganan sampah dari kali, danau, dan waduk, Unu melanjutkan, dilakukan dengan truk sampah kemudian dikumpulkan di tempat pembuangan sampah sementara yang terletak di empat lokasi. Seperti di Kali Angke, Spillway Pluit, Pintu Air Manggarai, dan Kali Sunter (Perintis Kemerdekaan). Sampah-sampah ini kemudian diangkut ke Bantar Gebang.

Adapun penanganan sampah di bantaran air ini masih menggunakan metode konvensional secara manual yang dilakukan oleh pekerja lepas. "Dibantu dengan peralatan seperti sekat, getek, eskavator, perahu sampah, dan wheel loader," ujar Unu. Ia menganggarkan sebesar Rp 46 milyar untuk biaya operasional penanganan sampah di bantaran air pada tahun ini.

Ia mencontohkan, untuk di Pintu Air Manggarai, setiap hari pihaknya mengoperasikan duaeskavator untuk mengambili sampah yang mengapung di terusan Kali Ciliwung tersebut. Volume sampah per hari rata-rata mencapai 30 ton. "Kesadaran masyarakat untuk tidak buang sampah ke sungai masih rendah," kata Unu.

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2013/10/21/214523228/Volume-Sampah-Kali-Jakarta-200-Ton-Per-Hari

Penggusuran villa liar masih dalam proses



 Sebanyak 647 villa yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat akan dibongkar April. Disinyalir villa-villa liar itu dimiliki oleh para pejabat di negeri ini.

Ketua Komisi A DPRD Kabupaten Bogor Ade Munawaroh, dewan akan merekomendasikan kepada pihak pemerintah Kabupaten Bogor untuk membongkar villa yang berdiri di atas lahan Perhutani itu. Lebih mengkhawatirkan villa itu berada di lahan untuk serapan air. 

"Ironisnya, kebanyakan villa-villa liar tersebut dimiliki para petinggi negara," ungkapnya saat melakukan inspeksi mendadak villa-villa di kawasan Puncak, Minggu (10/2).

Ade menambahkan bahwa pihaknya akan merekomendasikan data tersebut kepada gubernur DKI Joko Widodo melalui Pemda agar ditinjau kembali atas kepemilian lahan tersebut. 

"Kita juga akan menyampaikan hal ini ke pak Jokowi," katanya.

Sumber : http://www.merdeka.com/peristiwa/april-ratusan-villa-liar-di-puncak-dibongkar.html

Pembalakan liar masih terjadi


Aksi pembalakan liar diketahui marak terjadi di wilayah Perhutani Sragen utara, khususnya di Kecamatan Jenar, Tangen, Gesi dan Sukodono. Oknum mandor yang mestinya bertindak sebagai pengawas diduga ikut berperan dalam aksi penebangan liar.
Kondisi ini terkuak menyusul banyaknya temuan hasil hutan seperti tebangan kayu jati dan mahoni yang dijual bebas tanpa melalui prosedur. Apalagi saat musim tebang kayu jati dan mahoni seperti sekarang, disinyalir banyak mandor yang menjual hasil hutan untuk mencari keuntungan pribadi.
Indikasi pembalakan liar tersebut semakin kuat saat setiap kali ada kegiatan penebangan, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) tidak pernah dilibatkan. "Saat musim tebang, banyak kayu hasil tebangan dijual bebas tanpa prosedur yang jelas," ujar aktivis LSM Peduli Hutan Surakarta (PHS), Guntur Wijaya kepada wartawan Jumat (25/10/2013).
Menurut Guntur, sejauh pengawasan PHS selama ini, proses penebangan hasil hutan tidak melibatkan LMDH dalam proses lelang tebang hutan. Bahkan praktik di lapangan, lelang hasil hutan justru dimonopoli oleh para oknum mandor. "Sesuai prosedur mestinya kayu tebangan hasil hutan dikumpulkan dulu di Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani Gunung Banyak, Tangen," jelasnya.
Senada dikatakan Suyadi (45) salah satu warga Desa Poleng, Kecamatan Gesi, Sragen, yang mengatakan bahwa selama ini pengawasan pemeliharaan hasil hutan cukup lemah. Dicontohkannya, wilayah petak 7 dan 8, selama ini warga sekitar sudah berulang kali mengingatkan adanya aktivitas penjualan hasil hutan kepada para pedagang kayu. Namun peringatan itu tidak segera mendapat tindak lanjut. 

Maraknya pengendara di jalur busway






Maraknya penerobosan jalur busway yang dilakukan oleh pengendara semakin brutal. Bahkan terjadi pemukulan hingga caci maki terhadap petugas.

Maka itu, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya meminta kepada hakim untuk memberikan denda maksimal terhadap para penerobos jalur khusus bus Transjakarat itu.
Wakil Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya AKBP Sambodo Purnomo mengatakan, pihaknya menegakkan hukum berdasarkan fakta.
"Jika terkait dengan membuka paksa portal, kenapa harus buka paksa. Jangan petugas yang mengalah, terus portal dibuka," katanya kepada wartawan di Jakarta, Minggu (4/8/2013).
Untuk membuat efek jera bagi oknum yang nekat membuka paksa portal jalur Busway, maka akan dikenakan denda maksimum. "Bisa juga denda maksimum dan ditahan kendraannya," tegasnya.
Kendati demikian, Sambodo mengaku, akan mendalami sejumlah kasus serupa dan mencari pemecahan agar tidak terulang lagi.
Kasubdit Bin Gakum Polda Metro Jaya AKBP Hindarsono menegaskan, pihaknya memang selalu melakukan tindakan tegas bagi penerobos jalur busway.
Namun, dibeberapa sisi hal tersebut tidak pernah membuat jera para pengendara. "Alasannya pasti buru-buru, padahal itu adalah jalur khusus untuk pelayanan," tegasnya.
Tidak timbulnya efek jera dikarenakan rendahnya denda yang diberikan kepada para pelanggar.
Dia melanjutkan, seandainya diberikan denda maksimal seperti Rp500 ribu sekali pelanggaran maka bisa membuat efek jera. "Kalau untuk menahan kendaraan memang bisa dilakukan bila sudah melakukan pelanggaran berkali-kali," tuturnya.
Dia mengakui, saat ini petugas kepolisian tidak bisa mengcover semua lokasi jalur bus transjakarta. Namun, dengan adanya petugas internal dirasa sudah cukup.
Tetapi, para pelanggar yang saat ini terjadi sudah sangat arogan. Oleh karena itu, dirinya menyambut senang dengan adanya pelanggar yang difoto sehingga bisa menjadi bukti untuk dilakukan penindakan.
Seperti diketahui, tingkah pengendara Ibukota nampaknya sudah semakin di luar kendali. Kemacetan Ibukota yang kian hari semakin menjadi rupanya membuat pengendara nekat menerobos kepadatan tersebut.
Setelah mahasiswa universitas Trisakti Fakultas Ekonomi, Febri Suhartoni memaksa petugas Badan Layanan Umum (BLU) Transjakarta untuk membuka portal jalur busway dan  seorang ibu-ibu berambut keriting pun nekat melakukan upaya serupa.
Bahkan, dikawasan Buncit, Jakarta Selatan seorang pengendara Toyota Fortuner yang menggunakan pelat nomor palsu juga memukul petugas busway untuk memaksa masuk. Bahkan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok berang. Ahok mengatakan penerobos jalur busway pajaknya akan ditolak.





Selasa, 08 Oktober 2013

Penembakan polisi kian memarak



    Dalam aksi penembakan sejak awal tahun 2013, tercatat sudah 6 kasus penembakan yang mengakibatkan 5 diantaranya tewas. Termasuk diantaranya yang terjadi Rabu (10/09) malam di Jalan HR Rasuna Said dan menimpa Brigadir Sukardi.
Anggota Komisi kepolisian Nasional Adrianus Meliala menyatakan tidak sulit menemukan pembenci aparat yang merasa terganggu oleh polisi.
"Tetapi yang benar-benar mau menyerang polisi seperti itu sangat jarang ya, bisa dihitung dengan jari," kata Adrianus kepada Dewi Safitri dari BBC Indonesia.
Polisi beberapa kali mengumumkan penangkapan pelaku, namun tetap saja serangan demi serangan tak dapat dicegah dan aparat jadi korban.
Polisi juga sudah sempat mengumumkan identitas salah satu pelaku penyerangan, meski belum ditangkap.

   Upaya memburu pelaku juga sudah dilakukan dengan berbagai cara namun kemudian kesulitan menurut kriminolog Adrianus Meliala terletak pada minimnya data terkait jaringan pelaku.
Data yang selalu diandalkan untuk membaca jaringan teros selama ini, kata Adrianus, dimiliki oleh Detasemen Khusus 88 Anti Teror dibawah Mabes Polri.
"Densus itu kenapa unggul dibanding intelejen TNI misalnya, itu karena dia sudah membangun data base jaringan terorisme yang sangat masif dalam 10 tahun terakhir."
Tetap saja sejauh ini aparat belum mengendus pelaku penembakan yang seolah terus-menerus menyasar personil aparat terutama yang sedang berseragam.
Adrianus menduga pelaku telah mengubah pola kerja dari terorisme berjaringan menjadi aksi individual yang sulit dicari kaitannya dengan kelompok terdahulu.
"Sekarang masuk pada situasi yang kita sebut self radicalization, menjadi radikal dengan sendirinya entah dengan bantuan bacaan, internet, pengajian," kata Guru Besar Ilmu Kriminal UI ini.
"Basis dia anaknya siapa, bapaknya siapa hubungannya apa, sudah tidak berlaku lagi."
Menurut Adrianus sepak terjang pelaku individual ini sudah terbukti dalam beberapa kasus yang hingga kini belum dikuak Densus.
"Bisa jadi puluhan (kasus) kalau kita hitung dengan apa yag terjadi di Papua, Poso, Solo, Jogja, Cirebon, Tasikmalaya."


Referensi :  http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/09/130911_policeshot.shtml